Rabu, 10 November 2010
Dero menembus perkembangan seni modern
Padungku yang biasa disebut "hari bersyukur" merupakan ritual leluhur etnis Pamona turun - temurun yang hingga kini masih dipegang teguh. Pada hari padungku itu seluruh masyarakat menyajikan hidangan yang paling khas adalah disebut inuyu, beras yang dimasukan dalam bambu kemudian dibakar hingga matang.
Pada hari bersyukur karena hasil penan atau rezeki yang diberikan Tuhan berlimpah itu warga saling kunjung mengunjungi dari rumah ke rumah, menyantap beraneka makanan dan minuman khas Poso.
Pada malam padungku biasa ditutup dengan tarian khas kayori yang populer disebut dero, bentuk tarian melingkar saling bergandeng tangan dan berputar diiringi pantun-pantun cinta.Tapi perkembangan zaman, bukan lagi pantun yang mengiringi dero tapi lagu-lagu khas lokal, biasa diiringi menggunakan orgen, sehingga secara tidak langsung Dero dapat merangkul seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali.
Perkembangan arrangement Dero pun semakin meningkat dan variatif mengikuti perkembangannya. Tanpa menghilangkan nilai - nilai unsur budaya didalamnya, dero bisa mengikuti dan merambah perkembangan seni modern seperti saat ini.
Seperti pada penutupan padungku Jumat, (8/10/2010) malam, panitia dero mengundang secara khusus DJ pengiring musik Rap dan Rock, Dadan dari Bandung yang disponsori rokok cristal. Ratusan muda mudi tumpah di lapangan Tentena mengikuti dero yang diiringi musik DJ. Mereka tanpa membedakan ras agama dan suku, berbaur menjadi satu.